Deteksi Wabah di Indonesia Lemah, Masyarakat Diminta Tetap Waspada Risiko Virus Nipah

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Senin, 16 Okt 2023 11:53 WIB

Deteksi Wabah di Indonesia Lemah, Masyarakat Diminta Tetap Waspada Risiko Virus Nipah

Optika.id - Beberapa waktu yang lalu, dunia dikejutkan dengan kemunculan kembali Virus Nipah di negara bagian Kerala, India. Alhasil, negara-negara di sekitarnya, termasuk Indonesia pun was-was apabila Virus Nipah ini akan melahirkan pandemi baru usai Covid-19.

Dalam keterangannya, Dicky Budiman selaku Epidemiolog dan peneliti kesehatan global dari Griffith University menjelaskan bahwa Virus Nipah yang ditemukan di Kerala, India dan Bangladesh kemungkinan telah mengalami mutasi yang memiliki potensi lebih menular dari sebelumnya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Naik Jelang Nataru, Kemenkes: Masih Terkendali

Kasus di Bangladesh dan di India ternyata strain-nya berbeda artinya sudah ada mutasi. Kemudian terdeteksi bahwa terutama dari riset yang dilakukan di Bangladesh, terjadi peningkatan kasus infeksi antarmanusia, ujar Dicky, dalam keterangannya, dikutip Optika.id, Minggu (15/10/2023).

Lebih lanjut, Dicky menjelaskan bahwa wabah Nipah ini tercatat pertama kali pada tahun 1998 di kalangan peternak babi di Malaysia. Hampir 300 orang di Malaysia dan 100 lebih di antaranya meregang nyawa akibat virus ini. Alhasil, virus ini menyebar ke Singapura dengan total 11 kasus dan 1 kematian. Sejak saat itu, di Malaysia belum ada laporan lagi perihal kasus Nipah ini.

Mutasi ini relatif terjadi dalam konteks India dan Bangladesh ini. Lebih mengkhawatirkan ya dibandingkan waktu Malaysia, dan inilah kenapa setiap outbreak Nipah itu harus menjadi perhatian sekecil apa pun, jelas Dicky.

Adapun risiko Nipah di Indonesia menurut Dicky menjadi lebih besar lantaran adanya kelelawar buah yang bisa menjadi pembawa dari virus ini. Di sisi lain, Indonesia cenderung santai bahkan buta dengan situasi wabah global dengan deteksi dan surveilans yang sangat lemah.

Dicky menegaskan bahwa telah ada sinyal pergeseran ruang hidup kelelawar buah yang semakin mendekat ke lingkungan manusia dan secara tidak langsung mengancam manusia jika mereka tidak awas. Hal ini ditandai dengan adanya wabah Nipah yang berulang di wilayah Kerala, India dan Bangladesh. Kendati demikian, menurut Dicky potensi pandemi virus Nipah ini masih kecil untuk terjadi dan meledak seperti Covid-19.

Tapi kalau kita membiarkan virus ini menginfeksi manusia lebih banyak, dia akan lebih efektif menginfeksi lebih cepat, tegas Dicky.

Baca Juga: Target Penurunan HIV AIDS di Indonesia Masih Belum Optimal

Sementara itu, Dicky menjelaskan hingga saat ini masih belum tersedia vaksin untuk mengatasi Virus Nipah ini. Proses yang dilakukan untuk membuat vaksin ini masih berjalan lamban kendati ada pengembangan pembuatan vaksinnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebagai informasi, gejala dari penyakit ini yakni muntah, demam hebat, dan infeksi saluran pernapasan. Namun, pada kasus yang parah bisa menimbulkan kejang, peradangan otak, hingga kematian.

Maka dari itu, Dicky meminta pemerintah untuk waspada akan potensi mutasi dari Virus Nipah itu sendiri. menurut dia, sinyal peringatan munculnya virus Nipah sudah menjadi alarm di sektor kesehatan global. Dirinya mengimbau pemerintah untuk segera menerapkan mitigasi dengan pendekatan One Health atau Satu Sehat. namun dia mengingatkan bahwa hal tersebut harus dibarengi dengan komitmen dan jangan sampai, konsep ini hanya menjadi sekadar jargon tanpa aksi nyata di lapangan.

Harmonisasi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan yang betul-betul konkret ini yang masih belum ada, ujar Dicky.

Baca Juga: Kemenkes Tegaskan Pneumonia China Tak Akan Jadi Pandemi Baru di Indonesia

Senada dengan Dicky, Masdalina Pane selaku Epidemiolog dari Perhimpunan Ahli Epidemiolog Indonesia (PAEI) menjelaskan bahwa kebijakan Satu Sehat harus segera diterapkan dan ditingkatkan agar tidak terpaku pada tataran konsep yang selama ini digembar-gemborkan oleh pemeirntah saja.

Tapi lebih ke implementasi yang operasional di lapangan, selama ini di frontline terlihat berjalan sendiri-sendiri, surveillance integrated harus dibangun untuk menyatukan sistem yang berdiri sendiri-sendiri tersebut, ujarnya.

Dirinya menegaskan bahwa Indonesia selalu terlambat dalam deteksi dini wabah. Masalah tersebut juga ditambah dengan sistem kewaspadaan dini dan respons (EWARS) yang harus diperbaiki.

Lebih memperkuat event dan community base surveillance, bukan hanya indicator base saja, terangnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU