Optika.id - FOMO (Fear of Missing Out) atau ketakutan untuk ketinggalan merupakan fenomena yang semakin umum terjadi di era digital, terutama bagi kalangan generasi muda. Saat teknologi semakin canggih dan informasi dapat diakses dengan cepat, kita sering merasa tertekan untuk terus terhubung dan mengikuti perkembangan terbaru. Perasaan ini mendorong kita untuk terus memeriksa media sosial, melihat apa yang dilakukan oleh orang lain, dan merasa tidak nyaman jika merasa ada yang terlewatkan.
Baca Juga: Gen Z Enggan Terima Panggilan Telepon, Benarkah Kena Telephobia?
Generasi muda sekarang ini muda sering kali terjebak dalam perbandingan sosial dan terdapat dorongan dalam diri untuk selalu terlihat seperti orang yang memiliki kehidupan yang menarik dan penuh prestasi. Padahal, media sosial sering kali hanya menampilkan bagian terbaik dari kehidupan seseorang. Gambar dan cerita yang diunggah mungkin hanya merepresentasikan momen-momen bahagia dan prestasi yang mengesankan. Sedangkan kehidupan sehari-hari yang biasa dan tantangan yang dihadapi jarang diekspos. Ini menciptakan ilusi bahwa orang lain memiliki kehidupan yang sempurna dan lebih menarik, yang memperkuat perasaan FOMO.
FOMO jika dibiarkan secara terus-menerus akan dapat berdampak negatif pada kesejahteraan generasi muda. Merasa ketinggalan atau tidak terlibat dalam suatu acara atau trend dapat membuat kita merasa tidak berharga, meragukan diri sendiri, atau bahkan mengalami kecemasan sosial.
Baca Juga: Benarkah Kinerja Gen Z Buruk di Kantor?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
FOMO juga dapat mengakinatkan stres. FOMO dapat menimbulkan perasaan cemas, khawatir, dan stres, karena individu takut kehilangan pengalaman atau kesempatan yang dinikmati orang lain. Selanjutnya, FOMO dapat meningkatkan isolasi sosial karena individu dapat menghindari situasi sosial atau menarik diri dari kelompok sosial mereka karena mereka takut ketinggalan acara. Selain itu, FOMO dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk fokus hingga melakukan pengeluaran yang berlebihan. Ketidakmampuan untuk fokus pada tugas-tugas yang sedang dikerjakan ini terjadi karena individu terus-menerus memeriksa media sosial atau memikirkan apa yang mungkin mereka lewatkan. Sedangkan pengeluaran yang berlebihan ini terjadi karena adanya sifat implusif dalam membeli barang barang, sebab individu mencoba mengikuti orang lain atau ingin mengalami hal-hal yang mungkin tidak mampu mereka beli.
Baca Juga: Generasi Z Bicara Soal Pernikahan, Dianggap Tidak Penting?
Oleh karena itu, penting untuk mengatasi FOMO agar kita dapat membangun keseimbangan yang sehat dalam kehidupan digital. Dalam menghadapi fenomena FOMO, penting bagi generasi muda untuk memprioritaskan kesejahteraan mental mereka sendiri dan mengenali bahwa kehidupan yang bahagia dan memenuhi tidak hanya tergantung pada apa yang terjadi di dunia maya. Melalui kesadaran, pengaturan waktu yang baik, dan fokus pada kepuasan pribadi, anak muda dapat mengatasi tekanan sosial yang terkait dengan FOMO dan menciptakan keseimbangan yang sehat dalam kehidupan mereka.
Editor : Pahlevi