Benarkah Kinerja Gen Z Buruk di Kantor?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 28 Nov 2023 15:40 WIB

Benarkah Kinerja Gen Z Buruk di Kantor?

Optika.id - Generasi Z alias Gen Z yang terlahir antara tahun 1997 2012 sebagian besar baru masuk ke dunia kerja. Di tengah semangat anak muda yang membangun karir, gen Z ternyata memiliki reputasi yang dianggap buruk di kantor. Gen Z biasanya disebut sebagai kelompok yang paling susah diajak kerja sama, disebut pemalas, temperamental, terlalu gampang tersinggung, kurang produktif dan lain sebagainya.

Hal tersebut diperkuat dengan survei dari Resume Builder yang merinci sebanyak 74% manajer dan pimpinan perusahaan menyebut jika gen Z merupakan generasi yang paling sulit untuk diajak kerja sama. Sementara 40% lainnya mengatakan bahwa gen Z kurang memiliki keterampilan, motivasi serta mudah bosan sehingga susah diajak untuk kerja sama dalam tim.

Baca Juga: Eri Cahyadi Resmi Launching Surabaya Expo Center, Wadah Kreasi Anak Muda

Dalam survei tersebut, satu dari tiga responden survei mengaku mereka lebih suka bekerja dengan milenial. Sebanyak 44% responden menilai generasi milenial dalam dunia kerja adalah generasi paling produktif dan memiliki keterampilan teknologi terbaik.

Sebagai (generasi) hasil dari pandemi dan pendidikan jarak jauh, mungkin gen Z kurang punya kemauan untuk lebih sukses daripada generasi lebih tua, ujar direktur pengembangan karier di Resume Builder, Stacie Haller, seperti dikutip dari Business Insider, Selasa (28/11/2023).

Dengan kata lain, gen Z terampil dalam menggunakan alat komunikasi digital dan akrab dengan teknologi namun mereka kurang mempunyai kemampuan interaksi tatap muka.

Di sisi lain, dalam survei yang sama, Business Insider menyebut jika para manajer mengalami kesusahan ketika bekerja dengan gen Z karena mereka cenderung bekerja secara lamban. Bahkan, 27% di antaranya mengaku memecat satu gen Z yang bekerja di kantor mereka dalam sebulan pertama bekerja.

Kendati demikian, Stacie Haller mengaku hal tersebut tidak serta merta merupakan kesalahan dari gen Z saja. Dia menjelaskan bahwa pandemic memperburuk komunikasi dan gaya kerja serta semuanya berubah total baik dari jam kerja, gaya kerja, dan lain sebagainya. Bekerja dan belajar dari jarak jauh, sambungnya, juga membuat keterampilan komunikasi gen Z tidak berkembang dengan baik lantaran orang cenderung bekerja sendirian.

Baca Juga: Organisasi Gen-Z Perubahan Dukung Anies Baswedan!

Manajer perekrutan perlu menyadari hal ini saat mewawancarai Gen Z untuk posisi (kerja mereka). Generasi ini mungkin memerlukan pelatihan lebih lanjut dalam hal keterampilan profesional," ujar Stacie.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, menurut New York Post, para manajer dan pimpinan perusahaan kerap mengeluh perihal kinerja gen Z yang dinilai susah berkonsentrasi. Seorang manajer salah satu konstruksi listrik di New York mengatakan bahwa gen Z yang begitu gemar pada ponsel hingga kecanduan dan merugikan budaya kantor.

"Mereka adalah zombie ponsel. Ruang makan dahulu sangat menyenangkan, bisa bercakap-cakap adalah bagian dari kesenangan itu. Sekarang kebanyakan hanya menundukkan kepala dan menggulirkan layar," tulis New York Post.

Selain itu, gen Z juga dianggap lebih mudah tersinggung dan temperamental. Apabila gen Z tidak menerima perintah dengan baik, maka sikapnya dinilai rapuh serta temperamental.

Baca Juga: Survei: 73 Persen Pekerja Alami Perlakuan Tak Menyenangkan dan Diskriminasi

Lebih lanjut, New York Post menulis bahwa sebanyak 37% gen Z yang baru masuk kerja menolak pekerjaan atau tugas berdasarkan keinginan pribadinya.

Dari berbagai stigma yang melekat terhadap gen Z, Business Insider menilai jika gen Z sebenarnya melihat kantor sebagai tempat untuk tumbuh dan berkembang.

Meskipun terbiasa dengan kerja online, banyak dari mereka merasa bahwa tidak ada yang dapat menggantikan kehadiran fisik di kantor dan kebersamaan dengan rekan kerja. Gen Z tetap merasa bahwa kantor memiliki daya tarik yang tidak dapat digantikan karena mereka bisa mengembangkan karier dari rekan kerja yang lebih berpengalaman, tulis Business Insider.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU