Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Lebaran di negeri kita Indonesia merupakan hari yang penuh kebahagiaan. Menjelang lebarang para orang tua sibuk membelikan anak-anak dan keluarganya baju-baju baru, membelikan oleh-oleh untuk orang tua dan keluarga tercinta di tempat kelahiran mereka. Semua media di negeri kita ini menyiarkan hiruk pikuknya lebih dari 146 juta orang mudik ke kampung halaman. Jumlah pemudik di Indonesia ini melebihi jumlah seluruh penduduk Rusia menurut statistik tahun 2023 adalah sekitar 143 juta orang.
Baca juga: Itu Tidak Sesuai Fatsoen Politik
Semua saluran TV di nusantara ini menyiarkan beraneka ragam makanan dan jajanan tradisional yang dijual di pinggir-pinggir jalan, di Mall dan sebagainya. Di beberapa daerah banyak warga yang menandai berakhirnya bulan Puasa itu dengan suara petasan. Para petinggi negara dari Presiden, para menteri, para gubernur bupati dan walikota mengadakan acara Open House dengan suguhan hidangan yang lezat dan ada pula yang menyanyi dengan wajah yang sumringah.
Baca juga: Sampai Kapan US$ Menguat Terhadap Rupiah?
Semuanya itu merupakan gambaran kegembiraan bagi mayoritas pemeluk agama Islam di Indonesia setelah sebulah penuh menunaikan ibadah puasa.
Gambaran kebahagiaan di negeri kita di atas itu sangat berbeda dengan gambaran kondisi hari lebaran di negeri Palestina, yang penuh dengan perasaan kesedihan. Warga Palestina di Gaza menandai Idul Fitri yang biasanya meriah pada hari Minggu tanggal 30 Maret 2025 ditandai dengan dengan pasokan makanan yang berkurang dengan cepat dan berkabung untuk beberapa anak yang tewas dalam serangan udara terbaru Israel. Berbagai media melaporkan sudah ada sekitar 50.000 warga Palestina yang dibantai Israel.
Banyak warga Palestina melakukan sholat Idul Fitri di luar reruntuhan masjid yang dihancurkan oleh tentara Zionis Israel untuk menandai berakhirnya bulan puasa Muslim Ramadhan. Ini seharusnya menjadi kesempatan yang menyenangkan ketika keluarga berpesta dan membeli pakaian baru untuk anak-anak, tetapi sebagian besar dari 2 juta penduduk Gaza hanya berusaha untuk bertahan hidup.
Selama bulan puasa Ramadhan, seluruh penduduk palestina tidak bisa berbuka puasa seperti halnya masyarakat Muslim di negara-negara lain seperti Indonesia ini, karena mereka tidak bisa minum air bersih lantaran Israel sudah memblokade pasukan air bersih ke Palestina; mereka pun hanya makan remah-remah roti yang sudah basi. Tidak ada acara Open House dengan hidangan lezat dan nyanyian penuh kegembiraan.
"Its the Eid of sadness," "ini adalah Idul Fitri kesedihan," seorang warga Gaza bernama Adel al-Shaer mengatakan kepada awak media setelah menghadiri doa di tengah puing-puing di pusat kota Deir al-Balah. "Kami kehilangan orang yang kami cintai, anak-anak kami, hidup kami dan masa depan kami. "Dua puluh anggota keluarga besarnya telah tewas oleh serangan Israel, termasuk empat keponakan muda beberapa hari yang lalu, katanya dan mulai menangis.
Israel mengakhiri gencatan senjata dengan Hamas dan melanjutkan perang 17 bulan awal bulan ini dengan pemboman mendadak yang menewaskan ratusan orang, setelah kelompok militan itu menolak untuk menerima perubahan gencatan senjata yang dicapai pada bulan Januari. Israel tidak mengizinkan makanan, bahan bakar atau bantuan kemanusiaan memasuki Gaza selama sebulan.
"Ada pembunuhan, pengungsian, kelaparan dan pengepungan," kata Saed al-Kourd, seorang jamaah. "Kami keluar untuk melakukan ritual Tuhan untuk membuat anak-anak bahagia, tetapi adapun kegembiraan Idul Fitri? Tidak ada Idul Fitri."
Ya, Warga Palestina di Jalur Gaza tidak memiliki banyak hal untuk dirayakan saat mereka menandai Idul Fitri dengan pasokan makanan yang cepat berkurang dan tidak ada akhir yang terlihat untuk pemboman Israel.
Ironisnya, tidak satupun negara yang berani melawan kebrutalan Israel yang dibekengi Amerika Serikat. Negara-negara itu hanya lewat narasi pernyataan diplomatik yang menghendaki kekejaman Zionis Israel dihentikan. Hanya ada satu kelompok perlawanan yang berani tampil melawan Israel yaitu Houthi di negeri Yaman yang dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia ini.
Baca juga: Lho Gak Bahaya Ta?
Kelompok ini melakukan serangan langsung ke Israel dan ke kapal-kapal pengangkut minyak milik Israel, Amerika Serikat dan negara-negara barat pendukung Israel yang melewati perairan Yaman. Serangan itu dilakukan karena memprotes kekejaman Israel di Gaza dan wilayah Tepi Barat. Tindakan itu membuat Amerika Serikat marah dan melakukan lusinan pengeboman di Sanaa ibukota Yaman.
Kita hanya bisa berdoa semoga Allah SWT memberi perlindungan kepada bangsa Palestina agar telepas dari belenggu penjajahan Israel yang tidak memiliki moral perikemanusiaan. Bagi para pejabat negara Indonesia ditengah-tengah mereka bersukacita menyambut lebaran semoga tidak melupakan perjuangan rakyat dan bangsa Palestina.
Editor : Pahlevi