Indonesia Dimasukkan Negara Berpendapatan Menengah Atas, Apa Ciri-Ciri Orang Kelas Menengah Atas?

author Pahlevi

- Pewarta

Minggu, 04 Mei 2025 16:52 WIB

Indonesia Dimasukkan Negara Berpendapatan Menengah Atas, Apa Ciri-Ciri Orang Kelas Menengah Atas?

Optika.id - Bank Dunia telah mengeluarkan laporan bahwa mayoritas penduduk Indonesia masih tergolong miskin, apabila dihitung dengan standar ambang batas kemiskinan negara berpendapatan menengah-atas.

Dalam laporan Macro Poverty Outlook edisi April 2025, angka kemiskinan Indonesia versi Bank Dunia terungkap sangat besar yaitu 60,3%. Laporan itu mengungkap jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2024. Persentase tersebut berdasarkan ambang batas garis kemiskinan negara berpendapatan menengah-atas yaitu pengeluaran per kapita sebesar US$6,85 per hari.

Apabila dihitung dengan kurs JISDOR Rp16.829 per dolar AS, maka US$6,85 menjadi sekitar Rp115.278. Namun, perlu dicatat, garis kemiskinan dalam PPP tidak bisa dikonversi dengan kurs biasa. Angka garis kemiskinan itu harus dihitung dengan PPP Conversion Factor, yang nominalnya berbeda untuk setiap negara.

Berdasarkan catatan Bank Dunia, PPP conversion factor Indonesia 2017 adalah 5.607,5, sehingga garis kemiskinan Indonesia dengan standar negara berpenghasilan menengah-atas US$6,85 setara dengan Rp38.411,37 per kapita per hari, atau sekitar Rp1.152.341 alias Rp1,15 juta per bulan.

Bank Dunia sendiri sudah mengategorikan Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah-atas atau upper-middle income country pada 2023, setelah mencapai gross national income (GNI) atau pendapatan nasional bruto sebesar US$4.580 per kapita.

Kelas menengah di Indonesia jumlahnya kian menyusut, imbas dari tekanan ekonomi yang terjadi berkepanjangan. Mulai dari badai PHK yang terus melanda berbagai pekerja atau buruh, hingga sulitnya mencari lapangan kerja yang memberikan upah layak.

Berdasarkan data BPS jumlah kelas menengah di Indonesia pada 2019 masih sebanyak 57,33 juta orang atau setara 21,45ri total penduduk. Lalu, pada 2024 hanya tersisa 47,85 juta orang atau setara 17,13%.

Artinya ada sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah yang turun kelas. Karena, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20ri total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22ri total penduduk.

Demikian juga dengan angka kelompok masyarakat rentan miskin yang ikut membengkak dari 2019 sebanyak 54,97 juta orang atau 20,56%, menjadi 67,69 juta orang atau 24,23ri total penduduk pada 2024.

Menurut Nicole Nicolet, pemilik Let's Make Life Great, kelas menengah mencakup mereka yang mampu memiliki rumah, liburan tahunan, dan investasi pendidikan bagi anak-anak. Sementara itu, kelas menengah atas bisa menikmati lebih banyak liburan dan hidup dengan lebih nyaman.

Orang-orang di kelas menengah biasanya harus bekerja hingga usia pensiun. Sedangkan kelas menengah atas dapat mencapai pensiun lebih cepat tanpa khawatir mengenai keuangan di masa depan.

Ciri-Ciri Orang Menengah Atas

Salah satu tanda seseorang berada di kelas menengah atas adalah kemampuan memiliki uang lebih setelah memenuhi semua investasi dan pengeluaran besar. Orang-orang di kelas menengah atas sering memiliki dana sisa bahkan setelah memaksimalkan kontribusi pensiun dan menutupi semua pengeluaran utama.

Mereka tidak terlalu khawatir menggunakan dana tambahan tersebut karena memiliki keamanan finansial yang lebih kuat. Rose, seorang pakar keuangan, mengatakan bahwa kelas menengah atas memiliki ruang anggaran untuk hiburan seperti liburan atau makan malam secara rutin.

Kepemilikan Beragam Aset

Baca Juga: Masyarakat Diminta Lakukan Gaya Hidup Ramah Lingkungan Untuk Dukung Ekonomi Hijau

Mereka yang berada di kelas menengah atas biasanya memiliki lebih dari sekadar uang tunai. Investasi yang beragam seperti saham dan properti sewaan sering menjadi bagian dari portofolio mereka, yang turut memperkuat keamanan finansial.

Melunasi hipotek lebih awal bisa menjadi salah satu tanda kelas menengah atas, meski tidak selalu diwajibkan. Nicolet menyebutkan bahwa kemampuan melunasi investasi besar tanpa membatasi gaya hidup adalah ciri utama kelas ini.

Tinggal di Lingkungan Lebih Mahal

Salah satu cara untuk melihat apakah seseorang telah mencapai kelas menengah atas adalah dari lokasi tempat tinggal. Menurut Rose, tinggal di kode pos yang banyak diminati merupakan tanda kuat bahwa seseorang berada di kelas menengah atas.

Namun, penting untuk diingat bahwa ini bukan hanya soal penampilan atau sekadar mengikuti gaya hidup tetangga. Orang di kelas menengah atas biasanya tidak merasa perlu membandingkan kekayaan atau status mereka dengan orang lain.

Minimnya Stres Finansial

Tanda lain dari kelas menengah atas adalah sedikitnya stres finansial saat menghadapi tagihan atau pengeluaran tak terduga. Jika sebuah keadaan darurat finansial muncul, mereka mampu menanganinya tanpa mengalami kepanikan.

Rose menambahkan bahwa memiliki ketenangan finansial dalam menghadapi pengeluaran besar yang tak terduga merupakan indikasi kuat telah mencapai kelas menengah atas. Stres finansial yang minim memungkinkan mereka menikmati kehidupan dengan lebih tenang.

Perubahan Gaya Hidup Positif

Pendapatan yang lebih tinggi dan kekayaan bersih yang signifikan sering kali membawa perubahan gaya hidup yang lebih baik. Namun, ini bukan berarti hidup di luar kemampuan, melainkan mampu membeli barang-barang atau layanan yang dulunya dianggap sebagai barang mewah.

Nicolet mengatakan bahwa berada di kelas menengah atas berarti hampir tidak ada batasan dalam gaya hidup. Mereka mungkin belum mencapai taraf miliarder, tetapi cukup untuk menikmati kebanyakan standar hidup yang ada.

Mampu Membiayai Pendidikan Tinggi

Baca Juga: Judi Online Digemari Masyarakat Pedesaan, Benarkah Karena Pembangunan Tidak Merata?

Pendidikan tinggi merupakan salah satu pengeluaran besar yang sering kali mengharuskan seseorang berhutang. Namun, mereka yang berada di kelas menengah atas mampu membiayai pendidikan tinggi, baik untuk diri sendiri maupun anak-anak, tanpa harus mengambil utang.

Rose menjelaskan bahwa mereka yang berada di kelas menengah atas bisa membiayai pendidikan terbaik tanpa terlalu memikirkan biaya. Ini adalah salah satu tanda penting bahwa seseorang telah berada dalam posisi keuangan yang sangat baik.

Kemungkinan Pensiun Lebih Awal

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Bagi banyak orang, pensiun dini adalah impian yang sulit dicapai karena masalah utang atau pengeluaran sehari-hari. Namun, bagi kelas menengah atas, pensiun dini lebih mungkin karena investasi yang beragam, pendapatan pasif, dan keamanan finansial.

Nicolet mengatakan bahwa berada di kelas menengah atas sering kali berarti bisa pensiun lebih awal tanpa banyak kekhawatiran mengenai masalah keuangan di masa depan. Faktor ini memberikan mereka kebebasan lebih dalam memilih kapan untuk berhenti bekerja.

Memiliki Sumber Pendapatan Ganda

Orang-orang di kelas menengah atau bawah biasanya hanya memiliki satu sumber pendapatan, seperti pekerjaan tetap. Namun, kelas menengah atas hampir selalu memiliki dua atau lebih sumber pendapatan, seperti bisnis atau pendapatan pasif dari investasi.

Pendapatan tambahan ini bisa berasal dari pekerjaan bergaji tinggi, kepemilikan bisnis, atau investasi yang menghasilkan, seperti dividen saham atau pendapatan properti sewaan. Diversifikasi pendapatan ini membantu memperkuat posisi finansial mereka

Menurut Bank Dunia sebuah negara sebagai negara berpendapatan menengah-atas apabila memiliki GNI di kisaran US$4.466US$13.845 per kapita. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 285,1 juta berdasarkan Susenas 2024 Badan Pusat Statistik (BPS). Mengacu pada data kemiskinan Indonesia Bank Dunia terbaru, 60,3% jumlah penduduk miskin itu setara dengan 172 juta orang.

Bank Dunia memproyeksikan jumlah penduduk miskin Indonesia tersebut akan menurun sedikit demi sedikit beberapa tahun mendatang, yaitu menjadi 58,7% pada 2025, 57,2% pada 2026, dan 55,5% pada 2027.

Sebagai perbandingan, jika menggunakan standar upper-middle income country, persentase penduduk miskin Indonesia pada tahun lalu itu menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara bekembang Asia Tenggara. Sebanyak 60,3% penduduk miskin Indonesia hanya lebih rendah dari Laos (68,5%), namun jauh lebih tinggi dari Malaysia (hanya 1,3%), Thailand (7,1%), Vietnam (18,2%), dan Filipina (50,6%).

Baca Juga: Zona Merah Perbanditan di Kawasan Pinggiran Jakarta

Dikutip dari CNBCIndonesia.

Tulisan: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU