Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Kalimat dalam judul di atas itu adalah ucapan sapaan dari Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia YB (Yang Berhormat) Dato Seri Diraja Dr. Zambry Abd Kadir ketika mengunjungi stand atau booth Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Yang Berhormat Dr. Zambry tentu mengetahui Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia karena beliau adalah lulusan Universiti Islam Antar Bangsa Malaysia tahun 1991 dan kemudian memperoleh gelar Doktor Falsafah (PhD) dalam Pemilihan Politik dari Temple University, Amerika Serikat pada tahun 1995.
Stand atau booth UNUSA kebetulan berada di tempat yang strategis yaitu sangat dekat dengan panggung utama, karena itu ketika selesai membuka acara dengan resmi Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia itu langsung turun dan menunju stannya UNUSA. Ditempat yang strategis ini pula stand UNUSA juga banyak dikunjungi awak media Malaysia.
Hanya saja yang saya tidak tahu darimana beliau itu juga kenal kota Surabaya dengan melafalkannya "Suroboyo" sebutan kota Surabaya dalam bahasa Surabaya. Dr. Zambry mungkin punya pengetahuan tentang NU dan Surabaya karena beliau merupakan pakar dalam bidang ekonomi dan politik, pemikiran politik dan politik kontemporer Asia Tenggara, termasuk Malaysia dan juga pernah menjabat Menteri Luar Negeri Malaysia periode 3 Desember 2022 12 Desember 2023.
Pengalaman belia lainnya termasuk sebagai Asisten Professor di Jabatan Sains Politik di Universiti Islam Antar Bangsa Malaysia (UIAM) pada tahun2000, pengarah eksekutif Centre for Leadership & Development Studies (CELDES) tahun 1996 hingga 2000, ketua Pembangunan Kurikulum Dan Islamisasi di Jabatan Sains Politik UIAM pada tahun 1999, ketua panel konsultansi, program Khidmat Sosial Negara, Kementerian Belia dan Sukan (1997) serta Ahli Perunding, Agenda Melayu Abad ke 21 (1998).
Baca Juga: Itu Tidak Sesuai Fatsoen Politik
Beliau juga merupakan pengerus konferensi Pelajar Malaysia di Amerika Syarikat pada tahun 1994 dan pengarah Pertemuan Intelektual Asia Tenggara (SEAM) di Amerika Syarikat pada tahun 1994. Dengan pengalaman dan pengetahuan yang tinggi wajar beliau mengetahui dan faham tentang NU di Indonesia (dan Surabaya).
Karena itu kunjungan Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia ke stand UNUSA itu merupakan kehormatan bagi delegasi UNUSA yang terdiri dari drg. Umi Hanik, M.Kes (Wakil Rektor Bidang Kerjasama), Dr. Wiwik Afridah, S.KM., M.Kes (Direktur GENUS - Global Engagement of Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya), Syiddatul Budury Kepala bagian Kerjasama dan Nurul L. Azizah, officer dari GENUS.
Kunjungan Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia ke stand UNUSA itu dilakukan setelah membuka resmi ASEAN University Exhibition and Forum 2025) AEF2025 pada tanggal 24-25 Februari 2025 lalu di Sunway Hotel and Resort, Petailing Jaya, Selangor Malaysia. Kegiatan eksibisi pendidikan tinggi ini merupakan yang pertama dan terbesar di ASEAN dimana sebanyak 89 perguruan tinggi ASEAN ikut serta. Sementara dari Indonesia diikuti 19 Perguran Tinggi termasuk UNUSA.
UNUSA yang merupakan perguruan tinggi swasta yang cepat perkembangannya sudah memiliki pengalaman internasional atau international exposure dan memiliki banyak hubungan dengan berbagai perguruan tinggi tingkat global. Partisipasi UNUSA dalam ajang pameran pendidikan tinggi ini bukanlah hal baru karena sebelumnya sudah dilakukan di negara tetangga Timor Leste dimana banyak anak-anak muda negara tetangga itu yang meng-ekspresikan keinginannya studi di UNUSA yang memiliki predikat UNGGUL itu.
Komitmen UNUSA untuk menjadi perguruan tinggi yang kelas dunia, minimal di kawasan ASEAN memang sudah menjadi komitmen semua jajaran pimpinan UNUSA dimana kebetulan beliau-beliau itu memiliki pengalaman studi di luar negeri semua, misalnya Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (yang membawahi UNUSA) Prof. Mohammad Nuh mantan Menteri Pendidikan adalah jebolan Perguruan Tinggi di Perancis, sementara rektor UNUSA Prof. Jazidie lulusan Hiroshima University Jepang, dua Wakil Rektornya masing-masing Prof. Kacung Marijan dan Pak Faqih, PhD lulusan Australia dan Inggris.
Baca Juga: Lho Gak Bahaya Ta?
Editor : Pahlevi