Keterlaluan

author Pahlevi

- Pewarta

Jumat, 28 Feb 2025 16:30 WIB

Keterlaluan


Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Optika.id - Keterlaluan atau bahasa Jawanya "Kenemenen" adalah frasa yang semua orang tahu yakni secara umum hal-hal yang melampaui batas kewajaran. Menjelang bulan suci Ramadhan ini kita disuguhi berita soal keterlaluan itu yaitu kasus tindak pidana beberapa orang muda ganteng-ganteng pejabat Pertamina perusahaan minyak negara.

Waktu saya masih kuliah tahun 1970 an sudah banyak beredar informasi tentang lapangan pekerjaan yang gaji nya besar antara lain Bea Cukai, Dinas Pajak, Direktur Bank, officer bagian kredit di industri perbankan, perusahaan-perusahaan asing dan Pertamina (lalu akhir-akhir ini menjadi anggota DPR). Informasi itu bukan lah informasi abal-abal karena sering kita melihat kenyataan bahwa orang-orang yang bekerja di kantor-kantor itu memang hidup nya serba berkecukupan.

Khusus perusahaan minyak negara Pertamina ini memang sudah lama diketahui bahwa renumerasi para pejabat nya memang sangat fantastis, sehingga para lulusan perguruan tinggi bermimpi untuk bisa masuk menjadi pegawai dan nantinya pejabat Pertamina.

Lalu masyarakat (termasuk) saya terkejut ketika berbagai media memberitakan tentang gaji para pejabat Pertamina yang terjerat korupsi tindakan meng-oplos minyak jenis Pertalite menjadi jenis Pertamax adalah Rp 1,8 milyar sebulan (ada yang mengatakan 4,7 milyar/bulan) ditambah tantiem yang jumlahnya besar plus berbagai fasilitas negara lainnya misalnya tunjangan kesehatan, perumahan dan sebagainya.

Karena itulah masyarakat menilai tindakan orang-orang muda sangat kertelaluan karena dengan gaji dan tunjangan yang fantastis itu masih saja melakukan korupsi yang bisa mengakibatkan penderitaan masyarakat umum.

Baca Juga: Itu Tidak Sesuai Fatsoen Politik

Sumpah serapah di sosial media bertebaran memaki-maki para pejabat Pertamina itu; ada yang mendoakan agar para koruptor minyak Pertamina ini disiksa di neraka dengan bahan bakar minyak yang dikorupsinya, bahkan salah satu junior saya di Universitas dulu memaki mereka dengan memberi label nama binatang (terus terang saya tidak menulis makian dia menyebut nama binatang itu karena saya menulis artikel ini pas menjelang bulan suci Ramadhan).

Seperti diketahui Kejaksaan Agung menambah dua tersangka baru dalam dugaan korupsi Pertamina Patra Niaga dalam tata kelola minyak dan produksi kilang pada Rabu (26/2/2025). Dengan adanya penambahan dua tersangka baru itu, jumlah tersangka dugaan kasus korupsi Pertamina Patra Niaga menjadi sembilan tersangka. Mereka melakukan pengoplosan atau blending Pertalite di depo/storage untuk menjadi Pertamax RON 92.

Baca Juga: Sampai Kapan US$ Menguat Terhadap Rupiah?

Korupsi Pertamina itu menurut Kejagung: Patra Niaga Beli Pertalite, Dioplos Jadi Pertamax Kasus tersebut terjadi di lingkup PT Pertamina Subholding dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sejak 2018-2023. Perbuatan para tersangka itu menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp 193,7 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Jumlah kerugian negara sebesar itu terdiri dari ekspor minyak mentah dalam negeri sekitar Rp 35 triliun, kerugian impor minyak mentah melalui broker sekitar Rp 2,7 triliun, kerugian impor BBM melalui broker sekitar Rp 9 triliun, kerugian pemberian kompensasi tahun 2023 sekitar Rp 126 triliun, dan kerugian pemberian subsidi tahun 2023 sekitar Rp 21 triliun.

Baca Juga: Lho Gak Bahaya Ta?

Salah satu tersangka Riva Siahaan (RS), Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga. Mengondisikan dalam rapat optimalisasi hilir yang dijadikan dasar untuk menurunkan produksi kilang. Bersama SDS dan AP, RS memenangkan DMUT/broker minyak mentah dan produk kilang yang diduga dilakukan secara melawan hukum. RS mengubah Pertalite (Ron 90) atau lebih rendah di-blend di Storage/Depo untuk menjadi Pertamax (Ron 92) dalam pengadaan produk kilang.

Saya menjelang puasa ini tidak mendoakan mereka disiksa di neraka dengan bahan bakar minyak oplosan, tapi lebih baik mendoakan agar para tersangka Pertamina yang keterlaluan itu gaji dan fasilitas negara yang diterima sangat fantastis tapi masih serakah melakukan korupsi agar sadar dan bertaubat.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU