Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Saya punya pengalaman bekerja di dua bank asing swasta yang terkemuka di dunia dan di kantor perwakilan diplomatik negara sahabat dimana semuanya memiliki prosedur yang standar untuk menilai kinerja pegawainya antara lain setiap minggu ada meeting dengan pimpinan yang selalu menanyakan apa saja yang dilakukan selama satu minggu lalu.
Baca Juga: Itu Tidak Sesuai Fatsoen Politik
Dalam setiap meeting itu saya bersusah payah (kadang stress) untuk mengumpulkan data apa-apa yang saya lakukan sehari-hari selama satu minggu. Kalau saya tidak mampu menunjukkan data kesibukan saya selama satu minggu itu maka lembaga-lembaga internasional itu mengatakan pada saya "take it or leave it" terus mau bekerja atau keluar, titik.
Kebetulan saat ini di Amerika Serikat presidennya memiliki latar belakang pengusaha swasta kaya raya yaitu Donald Trump yang mengangkat pengusaha swasta paling kaya di dunia Elon Musk menjadi pemimpin lembaga baru di pemerintahannya yaitu Department Of Goverrnment Efficiency atau DOGE, maka cara keduanya mengamati dan mengawasi cara kerja pegawai negeri pemerintahan AS dengan cara perusahaan swasta internasional yang saya alami di atas yaitu menyelidiki sampai sejauh mana pegawai negeri itu kinerjanya dan mengancam akan memecat mereka bila tidak memenuhi aturan bekerja antara lain dengan melaporkan setiap minggu apa-apa saja yang mereka kerjakan.
Pada hari Saptu tanggal 22 Februari 2025 sore semua pegawai negeri Amerika Serikat dari berbagai macam kementrian dan departemen menerima e-mail dari Elon Musk melalui Kantor Personil Manajemen atau Office of Personnel Management (OPM) yang perihal nya itu "What did you do last week?" atau kalau meminjam bahasa orang Betawi "Ngapain aja lo minggu kemaren". Dalam e-mail itu ada notifikasi: "Please reply to this email with approx. 5 bullets of what you accomplished last week and cc your manager. Please do not send any classified information, links, or attachments," (Silakan balas email ini dengan mengisi sekitar 5 hal dari apa yang Anda capai minggu lalu dan cc manajer Anda. Tolong jangan mengirim informasi rahasia, tautan, atau lampiran apa pun,").
Elon Musk dalam pengumumannya mengatakan "failure to respond will be taken as a resignation" atau bila gagal merespon e-mail itu maka dianggap mengundurkan diri dari pekerjaan atau resign. Memang Elon Musk dalam akun sosmed nya mengancam pegawai negeri yang tidak bagus kinerjanya untuk dipecat.
Manuver Elon Musk itu mendapat banyak kecaman dan dituduh tidak memiliki dasar hukum. Doreen Greenwald, presiden Serikat Karyawan Perbendaharaan Nasional, menyebut email OPM "benar-benar tidak Amerika." "Email 'Apa yang Anda Lakukan Minggu Lalu?' sore ini kepada pekerja federal di seluruh negeri harus disebut sebagai benar-benar tidak Amerika," kata Greenwald dalam sebuah pernyataan.
Tetapi beberapa lembaga keamanan nasional, termasuk FBI, dan beberapa departemen federal lainnya menyarankan staf untuk tidak segera menanggapi email tersebut, menunjukkan bahwa cabang eksekutif yang lebih luas tidak diberitahu atau siap untuk permintaan tersebut.
Karyawan dari beberapa lembaga dan layanan di bawah Departemen Pertahanan, termasuk Badan Keamanan Nasional, juga diberitahu pada hari Sabtu bahwa mereka harus menunda menanggapi sampai mereka menerima panduan lebih lanjut dari pimpinan departemen, kata beberapa sumber. Staf penegak hukum, intelijen dan keamanan nasional di lembaga-lembaga termasuk CIA dan Departemen Keamanan Dalam Negeri juga diminta untuk menunggu untuk menanggapi sampai mereka diberi panduan lebih lanjut, menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Tak lama setelah posting Musk pada hari Sabtu, Trump menyebut pemilik X itu "patriot" dan mengatakan dia "melakukan pekerjaan dengan baik", malah mendesak Elon Musk lebih agresif dalam membenahi kinerja pegawai negeri AS.
Saya tidak bisa membayangkan kalau peraturan seperti itu diterapkan pada para pegawai negeri Republik Indonesia ini.
Baca Juga: Lho Gak Bahaya Ta?
Editor : Pahlevi