Kreativitas Langka

author Pahlevi

- Pewarta

Sabtu, 01 Feb 2025 16:50 WIB

Kreativitas Langka



Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Optika.id - Pada tahun 2000-an, saya sering ke Makassar untuk mendampingi para diplomat senior Amerika Serikat, baik dari Surabaya, Jakarta, maupun Washington, dalam melakukan perjalanan dinas mereka.

Baca Juga: Itu Tidak Sesuai Fatsoen Politik

Kegiatan mereka antara lain berupa courtesy call ke Gubernur Sulawesi Selatan, bertemu dengan tokoh-tokoh cendekiawan Muslim, mengunjungi kawasan industri Makassar, dan memberikan ceramah di UNHAS, serta kegiatan lainnya. Kami selalu menginap di Aryaduta Hotel Makassar, kebetulan pada waktu itu hotel ini, yang berlokasi dekat Pantai Losari, tampaknya menjadi satu-satunya hotel di Kota Makassar yang cocok untuk tamu-tamu penting negara.

Setiap kali saya memesan hotel tersebut, saya bertemu dengan seorang anak muda yang menyediakan mobil rental untuk keperluan perjalanan para tamu penting itu. Nama anak muda ini adalah Erwin Rasyad.

Setelah lama tidak berjumpa, pada tanggal 1416 November 2024 lalu, ketika saya menghadiri pertemuan Forum Komunikasi Komite Audit Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum se-Indonesia di UNHAS, saya bertemu lagi dengan saudara Erwin. Kebetulan saya dan beberapa kolega menginap di Aryaduta Hotel. Sebelum datang ke Makassar, ketika menelepon dia, saya berasumsi bahwa saudara Erwin masih menjadi staf yang dulu menyediakan mobil rental untuk tamu.

Ternyata asumsi saya salah besar. Saudara Erwin Rasyad, yang sekarang berusia 44 tahun, mengenalkan dirinya sebagai GM (General Manager) Aryaduta Hotel. Sambiltertawa, ia menjelaskan bahwa GM artinya "General Melayani," sesuai tugasnya yang bergerak di industri hospitality atau perhotelan.

Saya terkejut sekaligus bangga melihat seorang anak muda yang dulu bertugas di bagian sales hotel kini menjadi pemimpin puncak asli Bugis, menggantikan para GM sebelumnya yang umumnya orang asing dari berbagai negara Eropa.

Saya tertarik mendengarkan ceritanya tentang ketatnya kompetisi di industri perhotelan Sulawesi Selatan. Saat ini, jumlah hotel di Makassar mencapai 157 hotel, terdiri atas 64 hotel berbintang dan 93 hotel non-bintang.

Selain Makassar, wilayah lain seperti Toraja Utara, Kabupaten Bulukumba, Luwu Timur, dan Kota Parepare juga memiliki jumlah hotel yang cukup banyak.

Baca Juga: Sampai Kapan US$ Menguat Terhadap Rupiah?

Persaingan yang ketat ini membuat pengalaman Erwin selama lebih dari 20 tahun di dunia perhotelan, dimulai dari posisi terendah, menjadi modal berharga dalam menghadapi tantangan. Ia melakukan berbagai perbaikan di hotel, mulai dari peningkatan tampilan, pelatihan staf dalam melayani tamu, penggantian karpet kamar, penyediaan executive lounge, hingga menyajikan makanan tradisional khas Makassar. Langkah-langkah ini memerlukan kreativitas dan inovasi tinggi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu inovasi yang dihasilkan oleh Pak Erwin adalah mengubah ruang diskotek atau pub yang sebelumnya bising menjadi sebuah musala mungil, bersih, dan nyaman, yang kini juga dipakai untuk salat Jumat. Menurutnya, di banyak hotel, ruang salat sering kali berada di basement atau area yang jarang digunakan.

Namun, Erwin memahami bahwa salat adalah kebutuhan penting tamu-tamu yang mayoritas beragama Islam. Aryaduta Hotel yang sering digunakan untuk acara-acara pejabat dan lembaga pemerintahan di Sulawesi Selatan maupun dari luar pulau kini memiliki mushola dengan suasana khusyuk dan hening.

Musala tersebut diberi nama As-Syauq, yang berarti "rindu." Lokasinya tidak jauh dari meja resepsionis dan dilengkapi dengan tempat duduk serta sofa, sehingga para tamu dapat beristirahat sebelum melaksanakan ibadah. Nama As-Syauq mencerminkan rasa rindu kepada Sang Pencipta, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai literatur spiritual Islam.

Baca Juga: Lho Gak Bahaya Ta?

Erwin, alumni Universitas Hasanuddin di bidang Ilmu Komunikasi sekaligus Politeknik Pariwisata Makassar, menyebut bahwa mushola tersebut tidak hanya meningkatkan pelayanan tamu tetapi juga memberikan kontribusi signifikan terhadap profit hotel. Saat menjelaskan hal ini, ia memaparkan data finansial dengan rinci.

Saya menyarankan kepada Pak Erwin untuk berbagi pengalamannya meniti karier dari nol hingga mencapai posisi puncak sebagai GM, termasuk kiat menghadapi persaingan ketat di industri perhotelan dan strategi peningkatan pendapatan, profit, serta tingkat hunian (occupancy rate).

Menanggapi saran tersebut, dia hanya tertawa sungkan, namun saya yakinkan bahwa saya bisa membantunya menghubungi Ketua Komite Audit UNHAS, yakni Prof. Kartini agar bisa mengundangnya sebagai alumni untuk berbagi pengalaman kepada anak-anak muda UNHAS, terutama soal pertimbangannya mengubah diskotik menjadi musala hotel.

Termasuk pula bagaimana analisanya, apakah itu merupakan differentiation strategy hotel, apakah sudah saatnya variabel spiritual dimasukkan menjadi salah satu input untuk "Top Management Decision Making", dan sebagainya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU