Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Masyarakat negara serumpun Malaysia itu sejak dulu sangat menggandrungi lagu-lagu dan penyanyi atau grup band dari Indonesia; di Malaysia ribuan orang membanjiri venue tempat konser yang diselenggarakan oleh para penyanyi dari Indonesia misalnya Ahmad Dhani beserta Dewa 19.
Saking cintanya mereka terhadap lagu dan penyanyi Indonesia banyak warga Malaysia yang bersedia mengeluarkan kocek nya agar dapat menonton performance penyanyi atau grup band di Indonesia. Hal ini tentu merupakan kebanggaan bagi Indonesia sekaligus dapat meningkatkan minat warga asing untuk berwisata ke Indonesia.
Namun kondisi yang membanggakan itu baru-baru ini dirusak oleh segelintir anggota atau umumnya atau secara halusnya disebut oknum Polri karena terbukti memeras warga Malaysia yang nonton konser Djakarta Warehouse Project (DWP) yang diselenggarakan pada tanggal 13-15 Desember 2024.
Baca Juga: Itu Tidak Sesuai Fatsoen Politik
Media Malaysia pun menyoroti kasus pemerasan terhadap warga Malasyia oleh polisi Indonesia itu salah satunya The Star dalam tulisannya mengangkat judul, "Malaysians harassed at Jakarta music fest, 18 Indonesia cops nabbed." yang artinya "Warga Malaysia dilecehkan di festival musik Jakarta, 18 polisi Indonesia ditangkap."The Star mengutip media lokal Indonesia yang melansir keterangan dari polisi.
Baca Juga: Sampai Kapan US$ Menguat Terhadap Rupiah?
Menurut laporan, dalam acara tersebut, seorang peserta asal Malaysia diduga ditarik dan paspornya disita oleh beberapa petugas polisi. Saat itulah terjadi pemerasan sehingga teman korban harus menyerahkan sejumlah uang untuk mengambil paspor yang disita.
Tindakan petugas atau oknum polisi itu tentu memalukan tidak hanya institusi Kepolisian Republik Indonesia namun juga memalukan bangsa dan negara ini. Tindakan pemerasan itu juga merusak citra pariwisata yang digalakkan pemerintah terutama di sektor MICE Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition) yang menyangkut antara lain pertunjukan musik, hiburan dan olahraga. Sayang promosi pariwisata negara yang menggunakan dana besar dari uang rakyat itu dikotori oleh oknum aparat keamanan yang tidak memiliki sama sekali kesadaran untuk sama-sama memajukan industri wisata hanya demi keuntungan pribadi.
Sebelumnya, ramai dibicarakan dalam sosial media misalnya sebuah unggahan di akun X @Twt_Rave yang menyebut sejumlah oknum polisi diduga melakukan penangkapan dan pemerasan terhadap penonton dari Malaysia. Dalam unggahannya, mereka menyebut oknum polisi Indonesia menangkap dan melakukan tes urine mendadak terhadap lebih dari 400 penonton dari Malaysia. "Oknum polisi juga diduga memeras uang mereka yang jumlahnya berkisar 9 juta RM atau setara Rp32 miliar (pihak Polri menyebutkan hanya Rp 2,5 milyar). Bahkan, ada klaim bahwa para penonton terpaksa membayar meski tes urine narkoba mereka negatif," tulis akun tersebut.
Salah satu pengguna akun X, @zainal_rahman68 mengatakan bahwa dia telah menghadiri festival selama lebih dari satu dekade, dan menambahkan bahwa kali ini adalah mimpi buruk. Dia mengklaim hotelnya digerebek pada malam kedua festival.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga: Lho Gak Bahaya Ta?
"They took us to the headquarters and performed a well-practiced drama to extract up to 300mil rupiah (approximately RM83,600) from us. I love Indonesia, but I will not be attending DWP again," he said. ("Mereka membawa kami ke markas dan melakukan drama yang dipraktikkan dengan baik untuk menggasak hingga 300 juta rupiah (sekitar RM83.600) dari kami. Saya mencintai Indonesia, tetapi saya tidak akan menghadiri DWP lagi," katanya.)
Diberitakan bahwa Divisi Propam Polri telah mengamankan terduga oknum yang bertugas saat itu. Jumlah terduga oknum personel yang diamankan sebanyak 18 orang yang terdiri dari personel Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, dan Polsek Metro Kemayoran," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko.
Pihak Polri harus secara serius menangani kasus yang merusak citra institusinya itu.
Editor : Pahlevi