Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Sahabat saya Rohman Budijanto mantan Pemimpin Redaksi harian Jawa Pos (2006-2009) yang akrab dipanggil mas Roy share berita tentang presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengancam anggota BRICS untuk tetap menggunakan mata uang US dolar di WA grup para mantan aktivis mahasiswa dan Mas Roy meminta saya menulis tentang isu tersebut. Saya menyanggupinya meskipun saya yakin mas Roy sebagai wartawan senior memiliki segudang informasi lebih baik dari saya mengenai apapun isunya. Namun saya mencoba berbagi dari persepktif yang berbeda.
Saya sudah lama mengamati dinamika politik luar negeri Amerika Serikat dan berpendapat bahwa kita di Indonesia ini tidak perlu terkesima dengan figur presiden AS terpilih, atau menganalisa apa dampaknya figur tersebut bagi dunia dan Indonesia. Hal itu karena siapapun yang menjadi presiden Amerika Serikat maka secara substantif tidak akan ada perubahan yang signifikan dalam politik luar negerinya, hanya bentuk dan gayanya saja yang berbeda.
Donald Trump menjadi presiden AS lagi karena banyak pemilih yang menyukai sikapnya yang tegas untuk membawa AS akan menjadi negara yang berjaya lagi, memprioritaskan kepentingan rakyat AS dulu atau America First, akan menghentikan perang di Ukraina dan di Palestina. Dalam hal ini malah Trump dalam kampanye politiknya berjanji begitu dia terpilih menjadi presiden maka langsung telpun presiden Rusia Vladimir Putin dan seketika itu perang di Ukraina selesai, katanya.
Kini banyak pengamat di Amerika Serikat baik dari kalangan akademisi, mantan perwira militer, mantan pejabat intelijen dsb merasa kecewa dengan keputusan Donald Trump memilih beberapa tokoh masuk dalam kabinetnya karena tokoh-tokoh itu ternyata beraliran garis keras, masih mengancam Rusia, dan ada yang berpendapat bahwa mereka itu 100% pro zionis Israel. Jadi masih ada pertanyaan akankah Trump berhasil menghentikan perang di berbagai belahan dunia seperti Ukraina dan Palestina bila para menterinya adalah orang-orang garis keras.
Selain itu dalam kebijakan ekonomi, Donald Trump sepertinya akan melanjutkan strateginya yang lama ketika dia menjabat presiden tahun 2016-2020 yaitu akan melaksanakan sanksi keras kepada negara-negara yang dianggap mengganggu kepentingan AS. Sanksi itu berupa pengenaan tarif barang-barang yang masuk ke pasar AS. Negara yang dianggap mengganggu kepentingan AS itu salah satunya Cina sebagai salah satu mitra daganga AS yang besar.
Seperti biasanya Amerika mengancam negara lain either with us or against us ikut saya atau jadi musuh saya. Maknanya bagi negara-negara yang tidak mematuhi perintah nya maka dianggap sebagai musuh.
Berbagai media internasional memberitakan ancaman Trump dalam bidang ekonomi itu antara lain U.S. Today tanggal 30 November 2024 tentang keharusan negara-negara anggota BRICS tetap menggunakan mata uang dolar AS.
U.S Today memberitakan bahwa Presiden terpilih Donald Trump mengancam kelompok BRIC negara-negara pasar berkembang pada hari Sabtu, memperingatkan bahwa dia akan memberlakukan tarif 100% jika mereka membuat langkah untuk merusak dolar AS. Komentar Trump, yang dibuat di platform Truth Social-nya, merupakan tanggapan nyata terhadap upaya untuk menantang atau mengganti dolar AS sebagai mata uang cadangan global utama.
Aliansi BRICS, yang awalnya terdiri dari Brasil, Rusia, India, dan Cina, sekarang mencakup lima negara lain: Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, Uni Emirat Arab; lalu beberapa negara-negara berkembang di Afrika, Amerika Latin dan Asia seperti Thailand, Malaysia dan Indonesia juga ingin bergabung.
Pada hari Sabtu tanggal 30 November 2024 itu, Trump menulis, "Gagasan bahwa Negara-negara BRICS mencoba untuk menjauh dari Dolar sementara kita hanya berdiri dan menonton, itu sudah berakhir." Persisnya Trump mengatakan: We require a commitment from these Countries that they will neither create a new BRICS Currency, nor back any other Currency to replace the mighty U.S. Dollar or, they will face 100% Tariffs, and should expect to say goodbye to selling into the wonderful U.S. Economy," Trump said. "They can go find another 'sucker!' There is no chance that the BRICS will replace the U.S. Dollar in International Trade, and any Country that tries should wave goodbye to America." ("Kami meminta komitmen dari Negara-negara ini bahwa mereka tidak akan menciptakan Mata Uang BRICS baru, atau mendukung Mata Uang lain untuk menggantikan Dolar AS yang perkasa atau, mereka akan menghadapi Tarif 100%, dan harus berharap untuk mengucapkan selamat tinggal pada penjualan ke pasar AS yang luar biasa," kata Trump. "Mereka bisa pergi mencari 'pengisap' lain! Tidak ada kemungkinan bahwa BRICS akan menggantikan Dolar AS dalam Perdagangan Internasional, dan setiap Negara yang mencoba melaksanakan itu harus melambaikan tangan selamat tinggal kepada Amerika."
Saat ini negara-negara BRICS adalah rumah bagi sekitar 3,3 miliar orang lebih dari 40% populasi global. Ekonomi BRICS juga menyumbang sekitar 37,3ri produk domestik bruto global berdasarkan paritas daya beli. Para anggota BRICS itu sepakat untuk menghindari pemakaian mata uang dolar AS dalam transaksi perdagangannya dan sebagai gantinya akan menggunakan mata uang negara masing-masing. Mereka sepakat untuk tidak mau didikte Amerika Serikat lagi.
Perlu diketahui bagi Amerika Serikat, mata uang dolar AS merupakan kekuatan raksasa bagi AS untuk melaksanakan tujuan hegemoninya di dunia ini.
Baca Juga: Sampai Kapan US$ Menguat Terhadap Rupiah?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Editor : Pahlevi