Kenapa Banyak Orang Masih Gemar Mengonsumsi Rokok?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Kamis, 31 Agu 2023 18:02 WIB

Kenapa Banyak Orang Masih Gemar Mengonsumsi Rokok?

Optika.id - Sekitar lima juta kematian yang diakibatkan oleh rokok tiap tahunnya tak kunjung membuat konsumsi rokok di masyarakat menurun. Alih-alih menurun, konsumsi rokok justru meningkat dari tahun ke tahun, terutama di pedesaan. Informasi mengenai bahaya rokok yang digencarkan oleh pihak terkait pun seolah tidak mampu menghentikan para perokok untuk menyulut api dan asap kenikmatan sesaat itu.

Baca Juga: Ini Tanggapan Kemenkes Soal Pencopotan Dekan FK Unair!

Berdasarkan data Global Adult Tobbaco Survey (GATS) yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2021 menyebut bahwa rata-rata uang yang dihabiskan oleh masyarakat tiap bulannya untuk membeli rokok mencapai Rp382.091,72.

Kemudian, menurut laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada September 2022, konsumsi rokok dalam negeri menyentuh angka rata-rata Rp85.630 per kapita tiap bulannya. Angka tersebut melonjak sebanyak 4,2ri nilai Rp82.183 per kapita di bulan Maret 2022.

Konsumsi rokok ini akan jauh lebih mengejutkan lagi apabila dibandingkan dengan pengeluaran per kapita karena merupakan konsumsi terbesar kedua setelah makanan dan minuman jadi yang hanya berada di angka 12,2% saja.

Annisa Marianti dan Budi Prayitno dalam penelitiannya yang berjudul Studi Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi, Pendapatan, dan Harga Rokok Terhadap Konsumsi Rokok di Indonesia, dikutip Optika.id, Kamis (31/8/2023) menunjukkan bahwa konsumsi rokok di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah faktor sosial kultural yang mencakup kelas sosial, kebiasaan budaya, penghasilan, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan.

Maka dari itu, konsumsi rokok ini dinilai berbeda dengan konsumsi lain pada umumnya lantaran ada aspek sosial dan budaya yang melingkupinya dan terkait erat dengan kebiasaan merokok.

Contohnya adalah merokok di beberapa kondisi, daerah, dan masyarakatnya menunjukkan tindakan yang mencerminkan status sosial, kebebasan individu, atau ketangguhan dan pemberontakan. Hal tersebut secara langsung turut memengaruhi perilaku konsumsi rokok di masyarakat.

Sementara itu, pengeluaran konsumsi dimaknai jika penghasilan meningkat, maka konsumsi akan turut meningkat dan begitupun sebaliknya. Akan tetapi, kondisi itu tidak berlaku pada konsumsi rokok.

Baca Juga: Kebiasaan Vape Bisa Akibatkan EVALI, Penyakit Paru yang Suka Nyaru

Dengan kata lain, faktor sosial ekonomi baik jenis kelamin dan usia, pendapatan, dan harga rokok tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi rokok di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lantas, sebenarnya apa yang melatar belakangi munculnya fenomena tersebut, khususnya di Indonesia?

Salah satu faktor yang memungkinkan adalah akulturasi. Yakni sebuah peristiwa di mana dua budaya terpadu menjadi satu.

Budaya tradisional yang terpadu dengan budaya modern di era globalisasi ini turut berpengaruh pada kebiasaan merokok yang berpengaruh pada gaya hidup masyarakat Indonesia yang berkembang.

Baca Juga: Komitmen Pengendalian Tembakau Masing-Masing Capres Dipertanyakan

Alhasil, merokok dipandang sebagai suatu kebiasaan dan bagian dari kehidupan yang sangat umum, meluas di masyarakat Indonesia, dan mereka menilainya sebagai sebuah kebutuhan yang mesti dipenuhi. Di sisi lain, merokok juga dipandang sebagai pencair suasana ketika berbincang dengan orang lain. Berangkat dari hal tersebut, WHO bahkan menyatakan Indonesia menduduki posisi ketiga dunia dalam hal konsumsi rokok.

Akan tetapi, hal lain yang menjadi perhatian dan kekhawatiran bersama adalah usia perokok pemula yang meningkat dari tahun ke tahun serta kian mudanya usia mereka yang merokok. Yang mana, nyaris 80% perokok muda mengaku mengonsumsi rokok pada usia kurang dari 19 tahun.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan pun menyatakan bahwa 62,9% jumlah perokok aktif laki-laki lebih banyak dibanding perempuan yang hanya 4,8% saja.

Terlepas dari perbandingan antara data dan fakta yang terjadi seperti uraian di atas, tampaknya cenderung sulit menghilangkan kebiasaan merokok di Indonesia. Telah terjadi anomali dalam hal konsumsi dan pemerintah Indonesia belum bisa merekam konsumsi masyarakat secara holistik.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU