[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Optika.id - Saya hampir setiap hari ingin mengetahui apa yang terjadi di dunia melalui berbagai saluran TV internasional seperti CNN, Fox, CNBC Amerika Serita, ABC Australia, France 24 Perancis, BBC Inggris, CGTN Cina, Russian Today Rusia dll dan semua saluran itu di hari-hari ini sibuk memberitakan soal pidato kepala-kepala negara di Sidang Umum PBB, update perang Rusia- Ukraina, Referendum di Ukraina timur, pengungsi Palestina dan Siria yang tenggelam dilaut karena kapalnya terbalik dsb, dan dari berbagai saluran berita dunia itu tak satupun memberitakan soal adanya kudeta di China.
Baca Juga: Xi Jinping Serukan Gencatan Senjata di Gaza dan Lebanon
Namun memang internet saat ini dipenuhi dengan laporan yang mengatakan 'ada sesuatu yang terjadi' di China, dengan berbagai dugaan mulai dari kudeta politik atau militer terhadap Presiden Xi Jinping hingga potensi aktivitas militer di China Barat. Dugaan tersebut termasuk laporan tentang penerbangan penumpang yang dibatalkan di beberapa bagian China, maupun presiden Xi tidak terlihat di depan umum selama beberapa waktu, dan rekaman yang diduga kendaraan militer bergerak menuju ibu kota Beijing.
Berbagai media sosial, khususnya di India terutama akun Twitter dengan beberapa ribu pengikut telah berbagi cerita bahwa telah terjadi kudeta terhadap Xi. Foto-foto penerus juga telah muncul. Namun, tidak satu pun dari pembaruan ini berasal dari akun terverifikasi atau kredibel dan sebagian besar akun ini adalah pengguna anonim. Video dugaan gerakan militer juga telah muncul. "Video kendaraan militer yang bergerak ke Beijing ini datang segera setelah grounding 59 persen penerbangan di negara itu dan pemenjaraan pejabat senior. Ada banyak asap, yang berarti ada kebakaran di suatu tempat di dalam PKT. China tidak stabil," kata penulis Gordon G Chang.
Sebagian besar pakar China telah menyoroti bahwa tidak ada tanda-tanda kudeta di luar komentar di media sosial, terutama di kalangan India. Pakar China Aadil Brar mencatat bahwa Xi kemungkinan berada di karantina setelah kembali dari KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) Brar juga membagikan data penerbangan yang menunjukkan tidak ada gangguan penerbangan. Dia lebih lanjut membagikan visual pengarahan publik oleh pejabat senior Tiongkok, menunjukkan bahwa pemerintah berfungsi normal. ournalist Zakka Jacob menyatakan bahwa Xi memiliki pegangan kelembagaan yang kuat atas China yang membuat kudeta tidak mungkin terjadi. "Banyak rumor pagi ini tentang kudeta militer di China. Sejauh ini tidak ada yang kredibel. Kudeta militer tidak mungkin terjadi di China karena Tentara Pembebasan Rakyat berada di bawah Komisi Militer Pusat. Xi, sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis mengepalai CMC. Angkatan Darat adalah partai, bukan pemerintah," kata Jacob dalam sebuah tweet.
Baca Juga: Waduh, China Pecat 2 Mantan Staf Khusus Kementerian Pertahanannya
Sementara itu South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong belum melaporkan tentang kudeta atau pergolakan politik apa pun di China sama sekali. Ia telah memposting lusinan tweet dalam 24 jam terakhir tentang berbagai masalah mengenai China dan dunia, tetapi bahkan tidak ada petunjuk jarak jauh tentang dugaan pembangunan di Beijing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejak dimulai perang antara Rusia dan Ukraina, dunia berubah dengan drastis dalam hal persaingan dominasi dunia yang sebelumnya dikuasai Amerika Serikat dan sekutunya negara-negara barat. Rusia yang terkenal sanksi lebih dari 5.000 jenis sanksi dari AS dan sekutunya dengan maksud agar Rusia lemah bahkan hancur, namun kenyataannya Rusia tidak hancur dan masih terus melakukan serangan terhadap Ukraina yang di bantu AS dan Eropa, perekonomian Rusia masih berjalan bahkan nilai mata uangnya Rubel malah menguat. Dan yang terpenting Rusia berhasil memobilisasi kekuatan tandingan dengan adanya dukungan dari Cina, India, Iran, Afrika Selatan dan beberapa negara Afrika lainnya. Cina dan Rusia membentuk Organisasi Kerjasama Shanghai dimana anggotanya terdiri dari Cina, Rusia, India, Kaazakhstan, Kyrgystan, Pakistan, Tajikistan dan Uzbekistan. Sementara negara peninjau antara lain Armenia, Azerbaijan, Mesir, Kamboja dll. Belum lagi puluhan negara-negara mitra. Organisasi adalah organisasi terbesar dalam hal geografi karen meliputi 60% wilayh Eurasia, 40% penduduk dunia dan lebih dari 30% GDP dunia. Selain itu Cina dan Rusia menjadi anggota utama dri BRICS disamping Brazil, India dan Afrika Selatan.
Melihat persaingan hegemoni global antara AS dan sekutunya dan Cina, Rusia dan seuktunya tersebut, maka persaingan dibidang ekonomi, militer, teknologi, bisnis, perbankan dsb didunia ini sangat ketat, termasuk persaingan dalam hal perang media lewat perang cyber. Ada pengamat internasional yang berpendapat bahwa Rusia menang melawan Ukraina dari segi militer tapi kalah dalam perang media.
Baca Juga: Mementingkan Keluarga Dalam Politik = Nepotisme
Kita tidak tahu kebenaran berita tentang rumor adanya kudeta di China itu, namun yang jelas berita semacam ini adalah ranah cyber warfare atau perang cyber dimana berita bisa dibentuk sesuai dengan kepentingan politik untuk memenangkan kompetisi hegemoni global itu.
Editor : Pahlevi