BBM Naik! Masyarakat Kecil: Nek Mundhak Kabeh, Aku Kudu Piye?

author Seno

- Pewarta

Senin, 05 Sep 2022 16:36 WIB

BBM Naik! Masyarakat Kecil: Nek Mundhak Kabeh, Aku Kudu Piye?

i

images - 2022-09-05T092354.455

Optika.id - Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) bersubsidi menyebabkan gejolak terjadi di masyarakat tanah air. Banyak masyarakat tidak setuju dengan kenaikan harga BBM ini. Salah satunya Muhammad Irsyad Nasrullah. Dia mengeluhkan kenaikan BBM di saat masyarakat baru bangkit dari pandemi Covid-19.

"Ibaratnya kita ini baru bangun tapi langsung kena badai sitokin, dampak kenaikan BBM pasti semuanya naik abis sini mas, terus nek kabeh mundhak, aku kudu piye kalau semua naik, aku harus gimana)?" katanya pada Optika.id, Senin (5/9/2022).

Baca Juga: Tingkat Kepuasan Publik Menurun, PKS Soroti Hal ini ke Jokowi

"Sekarang sembako juga merangkak naik ini mas, tapi gaji saya yang tetap," kata pria yang berprofesi sebagai satpam (satuan pengamanan) di perusahaan swasta di Surabaya ini sembari terkekeh.

Hal senada dikatakan oleh Amin, seorang pedagang kaki lima di Sidoarjo. Dia mengeluhkan, akibat harga BBM naik, harga sembako di pasar tradisional. Sehingga kulakan-nya untuk berdagang siomay dan batagor jadi ikutan naik.

"Harga telur saja sekarang Rp 32 ribu per kilo belum turun, lombok besar Rp 70 ribu per kilogram, lombok kecil Rp 80 per kilo, lombok kering seperempat Rp 20 ribu, pangsit dulu Rp 3 ribu jadi Rp 4 ribu per bungkus, tepung kanji dulu Rp 9 ribu sekarang jadi Rp 12 per kilo, kentang kecil dulu Rp 10.500 sekarang jadi Rp 13.000 per kilo, terus kubis sekarang Rp 13 ribu per kilo sebelumnya cuman Rp 8 ribu," kata Mang Amin sapaan akrabnya pada Optika.id, Senin (5/9/2022).

[caption id="attachment_39392" align="aligncenter" width="788"] Mang Amin penjual batagor dan siomay. (Rizal/optika.id)[/caption]

Pria asli Tasikmalaya, Jawa Barat ini menyayangkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan menaikkan harga BBM subsidi yang dirasa sangat memberatkan kaum kecil seperti dirinya.

"Abdi mah urang kecil, teu aya uang harus kerja atuh (saya orang kecil, tidak ada uang harus kerja) mas, nggak bisa jagain bantuan atau subsidi dari pemerintah saja," katanya melas.

Sementara itu, salah seorang karyawan swasta, Syukron Aris mengkritisi kebijakan pemerintah terkait mobil dengan CC di atas 1.400 harus minum pertamax.

"Saya akan membahas dari sisi mesin otomotif. Kebijakan ini cukup kontroversial, karena mobil 1.500 CC biasanya mempunyai kompresi 9 atau 10/6:1, yang hanya cocok untuk bensin beroktan 90 atau pertalite. Jadi, kalau harus minum bensin yang beroktan 92 atau 98, maka ya gak cocok. Nggak cocok itu berarti ya pembakaran tidak sempurna dan berakibat pada boros BBM, performa mesin juga tidak maksimal," kata alumnus Universitas Airlangga ini.

"Itu sama artinya, jika anda punya kendaraan tua dengan kompresi rendah, maka akan semakin mbrebet mesin dan lebih boros. Penggunaan BBM harus disesuaikan dengan tingkat kompresi mesinnya. Tidak ada ceritanya jika anda punya sepeda motor tua, kemudian diisi oleh bensin beroktan tinggi, lalu menjadi lebih baik performanya. Itu keliru," jelasnya.

Menurutnya, keliru besar menggolongkan konsumsi BBM berdasarkan CC. Tapi harusnya pada kompresi mesin. Untuk kendaraan tua dengan kompresi rendah, harus pakai BBM beroktan rendah.

"Artinya, anda yang punya kendaraan tua dengan CC besar, harus siap-siap mengeluarkan uang lebih untuk beli BBM (karena tidak efisien pembakarannya) dan juga servis ruang pembakaran lebih sering untuk membersihkan kerak sisa-sisa pembakaran yang tak sempurna. Situasi yang bagi kolektor mobil tua tidak masalah (karena biasanya kaya), namun celaka bagi orang-orang yang punya kendaraan tua karena nggak bisa beli lagi. Sayangnya, jumlah yang kedua pasti jauh lebih banyak," tandasnya.

"Jadi curiga, pembahasan soal kenaikan BBM ini tidak pernah dibahas secara lengkap dan menyeluruh. Kalau mau yang bener, ya sekalian aja pertalite untik mobil tidak disubsidi. Selain tidak tepat, yang mengganggu dari kenaikan BBM ini adalah tidak pernah kita dengar adanya upaya efisiensi dari Pertamina," sambungnya.

Menurut pria berkacamata ini, harga keekonomisan Pertalite yang disebut Sri Mulyani sebesar Rp 14 ribuan, harusnya dikritisi.

"Mengingat harga bensin produk dari Vivo saja bisa lebih rendah. Hal-hal inilah yang harusnya diselesaikan dulu. Sebelum menaikkan harga. Karena apa, jika tidak dilakukan, maka sama aja dengan rakyat yang membiayai inefisiensi tersebut. Kok enak bener, jutaan rakyat yg berada dalam garis kemiskinan membiayai kegiatan leisure orang kaya. Pemerintahan sekarang ini emang bener-bener busyet dah," herannya.

Baca Juga: Menilik Pemberian Subsidi 'Pereda Perih', Pasca Kenaikan Harga BBM

"Seperti di pelosok-pelosok Sumatera sana itu malah sekarang lagi tren Pertashop mas, yang dijual ya bensin Pertamax, itu yang beli ya petani sawit yang pastinya kehidupannya masih di bawah rata-rata," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sesuaikan Harga 

Selain itu, Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan pihak Vivo akan segera menyesuaikan harga BBM murah di Indonesia.

"Iya, saya sudah ada komunikasi dengan ditjen migasnya. Nanti mereka menyesuaikanlah, harganya berapa tetap dari mereka tapi mereka akan menyesuaikan dengan kondisi saat ini," ujar Tutuka seperti dilansir CNNIndonesia.com, Minggu (4/9/2022)

"Dengan adanya penyesuaian harga Pertalite, Vivo akan menyesuaikan harganya segera," lanjutnya.

Ia menjelaskan bahwa harga BBM Vivo yang turun di tengah kenaikan harga BBM Pertamina disebabkan oleh niat Vivo yang ingin menghabiskan stok bahan bakar jenis Ron-89 mereka, yakni Revvo 89.

"Sebelumnya dan sampai saat ini, Vivo menghabiskan stoknya Ron 89 sampai 2 bulan ke depan dengan harga yang terjangkau masyarakat," kata Tutuka.

Diketahui, SPBU Vivo menurunkan harga BBM di tengah kenaikan harga BBM Pertamina. Untuk BBM jenis Revvo 89 yang harga sebelumnya Rp9.290 per liter turun menjadi Rp8.900 per liter.

Baca Juga: Dosen UI Bocorkan Teori: Kalau Mau Demo, Pastikan Kekuasaan Jatuh

Kemudian, Revvo 92 yang sebelumnya dijual Rp17.250 per liter menjadi Rp15.400 per liter. Lalu, untuk Revvo 95 menjadi Rp16.100 dari sebelumnya Rp18.250.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo resmi menaikkan harga BBM bersubsidi, yakni Pertalite dan Solar. Jokowi mengatakan hal ini terkait dengan peningkatan subsidi dari APBN.

"Yaitu mengalihkan subsidi BBM sehingga harga beberapa jenis BBM yang selama ini dapat subsidi mengalami penyesuaian," katanya.

Menteri Energi Arifin Tasrif pun telah mengumumkan rincian kenaikan harga BBM. Yakni, harga pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter, solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter dan pertamax dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU