Optika.id - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan seharusnya kekuasaan di Indonesia saat ini tidak untuk menekan rakyatnya sendiri, termasuk PDIP.
Mereka yang hanya mencari kekuasaan dan mempergunakan kekuasaan itu untuk menekan rakyatnya sendiri, termasuk kita," kata Megawati dalam pidatonya di HUT ke-52 PDIP, seperti dikutip Optika dari akun Youtube PDIP, Jumat (10/1/2025).
Baca juga: Selesai Diperiksa, KPK Tak Tahan Hasto Kristiyanto
Hal itu pun dianggap Presiden RI ke-5 tersebut suatu hal yang tidak benar.
"Udah nggak bener tahu, terus kalian mau diem aja? Ya nggak! Saya nggak suruh kalian tempur, tapi berbicara dengan suara yang keras bahwa 'tindakanmu adalah tidak benar' begitu. Hukum Indonesia akan pasti berjalan," tegas Megawati di hadapan para kadernya.
Megawati kali ini mengaku lebih memilih berdiam diri belakangan ini. Sikap itu dikedepankan daripada memilih untuk bersikap marah-marah.
"Timbang aku marah-marah enggak jelas, lebih baik saya ngomong jelas, atau ya meneng wae, diem aja," tuturnya.
Bahkan Megawati mengaku enggan menanggapi pihak-pihak yang berbicara berkaitan dengan dirinya. Presiden kelima Indonesia itu lebih memilih untuk bersikap acuh.
Lo ngomongin gue gini bodo amat, saya cuman bilang tuh orang pengecut, gitu aja, gampang kok," ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Megawati lantas menyinggung bahwa Pancasila dikagumi oleh negara-negara di luar. Sebaliknya, di Indonesia, Pancasila justru hanya menjadi hafalan namun tidak diikuti perbuatan.
"Saya sering ikut disuruh konferensi kan, saya sendiri jadi pusing, wah Pancasila di dunia luar itu laris banget, lah di sini orang aja hafalan mulu, tapi menjalankan perbuatannya tidak," tukasnya.
Megawati pun memberikan ketegasan soal hukum di Indonesia. Awalnya, ia menceritakan kisah seorang aktivis Indonesia yang dihukum gantung. Sebelum meninggal, aktivis tersebut diceritakan Megawati sempat tersenyum di hadapan Ir Soekarno.
Mestinya takut apabila mau dihukum gantung, tapi aku melihat dia ngomongnya ke Bung Karno (saat itu) dengan ketawa, 'Sekarang saya akan menuju kematian, tapi saya akan melaksanakannya dengan penuh senyum'. Coba rakyat Indonesia itu seperti itu, koyo ngono (seperti itu), ngono lho (begitu lho)" ujarnya sembari berkaca-kaca.
Megawati mengatakan aktivis yang dihukum gantung tersebut berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Minta KPK Bekerja dengan Benar
Megawati juga meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bekerja dengan benar. Megawati kemudian menyinggung KPK berdiri saat dirinya menjadi Presiden ke-5 RI.
"Saya bikin KPK, lho ngopo kok nde'e (kok mau) yang digoleki (dicari), kok kroco-kroco ngono lho. Mbok yang bener, sing jumlahe T-T-T-T (cari koruptor yang jumlahnya triliunan) gitu loh. Lah endi? Nanti kalau saya ngomong gini, tuh bu mega mengkritik saja. Mengkritik saja. Lah gak, orang benar, saya ingin KPK itu yang benar. Loh yang bikin saya juga, bingung saya. Kecuali orang lain (yang bikin)," jelasnya.
Megawati menceritakan, tak gampang membuat lembaga antikorupsi itu. Dia harus berdebat dengan sejumlah penegak hukum saat mendirikan KPK.
Lah untuk membikin KPK itu dipikir gampang? Enggak. Saya aja berantem dulu. Karena itu sifatnya ad hoc. Karena itu untuk membantu polisi gampang ngomongnya. Polisi dan Kejaksaan, karena dalam menjalankan tugasnya tidak maksimal. Loh kok sampe saiki ngono we," katanya.
Pernyataan Megawati Soal Hasto
Megawati akhirnya angkat suara terkait status tersangka yang ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Diketahui, Hasto menjadi tersangka dalam kasus suap terkait pergantian antar waktu (PAW) anggota DPR dan perintangan penyidikan mantan kader PDI-P Harun Masiku.
Megawati menilai bahwa KPK tidak memiliki pekerjaan lain karena menuding Hasto terlibat dalam kasus suap. Padahal menurutnya ada banyak tersangka yang lain tapi pemberitaannya tak seramai Hasto.
Baca juga: PDI-P All Out Menangkan Risma-Gus Hans di Pilkada Jatim
"Belum lagi apa coba, oh iya KPK. Aku baru pikir opo ku yo. Loh KPK, masa enggak ada kerjaan lain. Yang dituding yang diubrek-ubrek hanya Pak Hasto iku wae. Ayo wartawan tulis itu. Karena kan sebenarnya banyak yang sudah tersangka, tapi meneng wae (diam saja)," kata Megawati
Lebih lanjut, dia menilai bahwa KPK memiliki banyak sekali tersangka lain yang belum diproses. Namun nyatanya KPK masih belum menetapkan tersangka lain hingga saat ini.
Megawati juga mengungkapkan dirinya sampai membaca koran untuk mengetahui apakah KPK sudah menetapkan tersangka lain atau belum.
"Kalau buka koran, 'mungkin ada tambahan' (tersangka). Enggak ada. Tadi saja sebelum ke sini yo ngono, eh kali-kali sopo ngono yang rentep-rentep iku lho, kan akeh. Entar kalau saya yang ngomong, hehe ini tidak sopan. Masa kalian gitu saja takut? Sebenarnya takut tuh opo? Saya kan sudah ngomong itu ilusi," ungkapnya.
Mengaku Sebagai Presiden Sampah
Hal yang mengejutkan, Megawati Soekarnoputri, mengaku dirinya sebagai presiden sampah. Mulanya, Megawati mempertanyakan program membangun 3 juta hunian rakyat milik Presiden Prabowo Subianto. Dia bingung cara pemerintah membangun tiga juta hunian rakyat.
"Pertanyaan saya sangat logic, objektif. Kalau seperti mau bikin 3 juta rumah, saya ingin tahu cara bangunnya gimana? Tanahnya tanah sopo? Cicilannya piro dengan korelasinya apa? Perekonomian kita gimana?" tanya Megawati.
Megawati kemudian mengklaim pernah melunasi utang Indonesia dari International Monetary Fund (IMF) semasa menjabat sebagai Presiden RI.
"Jangan lupa, saya pernah presiden, semua urusan saya itu selesai. Saya dapat award lho, karena bisa selesaikan utang IMF, haduh," katanya.
Selain itu, Megawati juga mengklaim pernah menyelesaikan lima konflik di Indonesia. Namun, dia tak memerinci konflik apa saja yang sudah diselesaikan. Karena hal itulah sebagai bentuk kerendahan hati, Megawati menyebut dirinya sebagai presiden sampah.
Baca juga: Ahmad Muzani: Megawati Dipastikan Tak Bisa Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran
Waktu saya jadi presiden, saya bilang, saya ini adalah presiden sampah. Saya memberhentikan lima konflik. Yang paling buat saya secara pribadi waktu Kalbar (Kalimantan Barat), haduh, hmmm... mana sekarang ada kayak begituan, jangan dah, aduh capek juga ya," tandasnya.
Terakhir, Megawati menyebut hari ulang tahun (HUT) ke-52 PDIP kali ini terasa sangat spesial. Lantaran, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) resmi mencabut Ketetapan (TAP) MPRS Nomor XXXIII/MPRS/1967 tentang Pencabutan Kekuasaan Negara dari Presiden Soekarno.
Pencabutan TAP MPR itu menandakan Bung Karno tidak terbukti berkhianat dan mendukung pemberontakan G30S/PKI.
Megawati Soekarnoputri juga memberikan ucapan terima kasih kepada Presiden RI Prabowo Subianto karena sudah menindaklanjuti pencabutan Tap MPR 33 Tahun 67.
Satyam Eva Jayate
Diketahui, PDIP menggelar peringatan Hari Ulang Tahun atau HUT ke-52 partai di Sekolah Partai Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025) siang.
Untuk diketahui, tema HUT ke-52 PDIP ini adalah 'Satyam Eva Jayate' dengan sub tema Api Perjuangan Nan Tak Kunjung Padam.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan agenda hari ini menjadi pembuka rangkaian HUT PDIP yang akan digelar hingga Juni mendatang.
Mengingat situasi perekonomian nasional juga masih menghadapi tantangan dan tekanan geopolitik global, maka peringatan HUT secara sederhana. Acara diikuti secara daring oleh seluruh kader PDI Perjuangan dan simpatisan partai dan Satgas Partai, Anak Ranting, Ranting, PAC, DPC dan DPD seluruh Indonesia, termasuk seluruh anggota legislatif, seluruh kepala daerah dan wakil kepala daerah. Rangkaian kegiatan HUT ke depan antara lain menyelenggarakan kegiatan kebudayaan, memperkuat school of thought, keagamaan, lomba desa wisata, hingga olahraga," kata Hasto.
Editor : Pahlevi