Apa Itu Toxic Family dan Indikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari?

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Rabu, 25 Okt 2023 10:24 WIB

Apa Itu Toxic Family dan Indikasi dalam Kehidupan Sehari-Hari?

Optika.id - Salah satu hal yang menjadi idaman banyak orang adalah gambaran keluarga yang harmonis dan suportif antar anggotanya, tak terkecuali dengan gambaran kehidupan pernikahan yang akan memompa kesejahteraan individu. Akan tetapi, realita kadang berbanding terbalik dengan khayalan dan tidak semua orang beruntung merasakan keindahan utopis semacam itu.

Sebagian orang, mungkin semenjak masa kanak-kanak, remaja hingga beranjak dewasa dan membentuk rumah tangga sendiri sering dihadapkan dengan anggota keluarga yang malah menghambat perkembangan dirinya. Kondisi demikian, dikenal dengan nama dysfunctional atau toxic family.

Baca Juga: Mengapa Kekerasan Rentan Menimpa Perempuan?

Sikap beracun yang malah berasal dari anggota keluarga bisa ditemukan dalam relasi orang tua dan anak, suami dan istri, maupun antar saudara kandung dan kerabat. Toxic family ini mengalami beberapa perkembangan dan menunjukkan tanda apabila suatu situasi dalam keluarga tersebut berubah dari drama keluarga yang masih tergolong lumrah, kemudian menjadi toxic family.

Indikasi adanya toxic family yakni ketika seseorang merasa cemas, sedih, atau marah tiap kali memikirkan akan berinteraksi dengan anggota keluarganya atau saat tidak ada hal positif yang didapat dari interaksi tersebut.

Dalam hubungan, termasuk relasi keluarga secara umum, situasi yang tidak sehat ini berakar dari permasalahan komunikasi dan penerapan batasan-batasan yang jelas. Di sisi lain, hal tersebut bisa tersirat dari pola perilaku beberapa pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Mengutip Science of People, Selasa (24/10/2023), orang-orang yang beracun ini sebenarnya sudah menunjukkan perangainya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah menunjukkan sikap narsistik atau gemar menonjolkan dirinya sendiri, selalu berpandangan negatif dan membuat situasi menjadi pesimis atau suram, mudah cemburu dan menghakimi, senang menciptakan drama, gemar mencari kesalahan orang lain, gemar memanipulasi orang lain, merasa paling benar hingga sering mengabaikan perasaan dan pandangan orang lain.

Perlakuan Buruk Antar-Pasangan

Baca Juga: Berbagai Faktor Bisa Buat Orang Bunuh Diri, Segera Dampingi Orang Terkasih!

Lebih lanjut, apabila ditilik dalam konteks rumah tangga, hubungan yang tidak sehat dan menjurus pada hubungan beracun ini bisa terlihat dari adanya pembatasan akses atau kebebasan satu pihak terhadap yang lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misalnya, suami yang takut istrinya selingkuh sehingga melarang dengan keras istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Lalu, seorang istri yang selalu curiga dengan suaminya sehingga dia sering mengecek gawai suami karena tidak percaya pada suaminya.

G. Stephen Renfrey dalam bukunya yang berjudul The One Year Marriage: A Formula for Enduring Love, menjelaskan jika perasaan takut yang membuat seseorang mengontrol pasangannya ini berkaitan dengan ketergantungan dan ketidakamanan baik secara finansial hingga emosional.

Baca Juga: Kekerasan Tak Buat Anak Jadi Penurut dan Disiplin

Renfrey menegaskan jika kecenderungan mengontrol ini akan semakin kuat apabila seseorang memiliki pasangan yang tipenya penghindar konflik atau lebih suka mengalah. Pasalnya, pemicu situasi rumah tangga yang tak sehat salah satunya adalah sikap mendahulukan pasangan agar dirinya terus bisa diterima. Dengan kata lain, seseorang mengorbankan hal-hal yang membentuk dirinya sendiri yang otentik seperti keinginan, relasinya, nilai-nilainya, prinsipnya bahkan identitasnya.

Kendati demikian, tidak semua orang bisa memperlihatkan sikap mengontrol secara gamblang. Ada yang lebih memilih untuk bersikap pasif-agresif agar bisa menanamlan dominasinya terhadap pasangan. Orang tersebut, di hadapan pasangannya akan selalu berkata ya sementara tindakannya menunjukkan hal sebaliknya dan dilandasi keterpaksaan. Segala macam taktik halus, bisa mereka lakukan demi bisa menyabotase keinginan, kebutuhan dan rencana pasangannya.

Sementara itu, ada orang-orang yang tidak terima dengan sikap pasangannya yang kerap mengontrol, mengintervensi dan abusive terhadap pasangannya, namun mereka masih saja bertahan dalam institusi perkawinan dengan berbagai faktor. Alhasil, pertengkaran yang nyaris tiap hari tak berkesudahan itu menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan bahkan rutinitas sehari-hari.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU