Sinopsis Film Ranah 3 Warna, Kisah Seorang Pemuda Rantau di Negeri Orang

author Mei Nurkholifah

- Pewarta

Senin, 04 Jul 2022 21:40 WIB

Sinopsis Film Ranah 3 Warna, Kisah Seorang Pemuda Rantau di Negeri Orang

i

Sinopsis Film Ranah 3 Warna, Kisah Seorang Pemuda Rantau di Negeri Orang

Optika.id - Adaptasi karya novelis Ahmad Fuadi akan kembali memeriahkan sinema Indonesia dengan film berjudul Ranah 3 Warna yang ditayangkan di bioskop mulai 30 Juni 2022. 

Ranah 3 Warna menjadi sekuel dari trilogi cerita Negeri 5 Menara yang mengisahkan seorang santri rantau berdarah Urang Awak yakni Alif sebagai tokoh utama, Minggu (3/7/2022).

Baca Juga: Film Indonesia Masih Didominasi Oleh Genre Horor, Publik Sudah Mulai Jumud?

Guntur Soeharjanto menjadi sutradara yang bertanggungjawab menerjemahkan tulisan karya Ahmad Fuadi menjadi adegan film bersama dengan sederet aktor dan aktris terkemuka yakni Arbani Yasis, Amanda Rawles, Maudy Koesnaedi, hingga Lukman Sardi.

Lantas, apa yang disajikan dalam film adaptasi novel kedua Ahmad Fuadi tersebut? Berikut sinopsis Ranah 3 Warna yang melanjutkan kisah Alif di Negeri 5 Menara.

Lekat dengan budaya Minangkabau, film ini mengkisahkan tokoh Alif yang merantau ke benua Amerika demi melanjutkan studinya. Adapun Alif merupakan seorang pemuda Minang yang dibesarkan di pondok sebagai seorang santri.

Perjuangan Alif menuntut ilmu didorong oleh semangat meniru idolanya yakni BJ Habibie yang berkesempatan untuk menuntut ilmu di negeri asing yakni Jerman.

Pada film sebelumnya, digambarkan Alif yang dipondokkan sesuai dengan keinginan sang ibunda. Kini, Alif yang sudah dewasa (diperankan oleh Arbani Yasiz) melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.

Alif dewasa berjuang untuk dapat masuk ke perguruan tinggi meski sempat diragukan lantaran tak punya ijazah SMA.

Baca Juga: Jenis 3 Kelompok Tukang Kritik Film, Kamu Masuk yang Mana?

Kegigihan Alif semakin terlihat ketika ditengah banyak yang meragukannya, ia tetap berpegang teguh mengejar mimpinya. Tak tanggung-tanggung, Alif juga berjuang untuk bisa menuntut ilmu di negeri orang

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Layaknya sebuah lautan penuh karang, perjuangan Alif bukan tanpa hambatan. Ia sempat mengalami putus asa ketika kehilangan orang terdekatnya di tengah studinya. Sehingga, pada suatu titik ia sempat terpuruk dan tak kuasa melanjutkan perjuangannya.

Alif sebagai seorang didikan santri tentu tidak mudah melepaskan mimpinya.

Dengan berbekal mantra Man jadda wa jadda yang artinya "barangsiapa bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil" dan man shabara zhafara yang artinya "siapa yang bersabar akan beruntung," Alif menata dirinya agar bisa mengejar impiannya bak sang idola.

Baca Juga: Kritik Film Tak Sekadar Jadi Penghakiman Baik dan Buruk

Setia dengan karya aslinya, film ini menggunakan latar tiga negara. Adapun proses syuting film ini dilakukan di Sumatera Barat hingga benua Amerika.

Reporter: Mei Nurkholifah

Editor: Pahlevi 

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU